
Bandar Lampung, investigasi warta global id—Di tengah derasnya arus kehidupan modern, ancaman narkoba terus mengintai dan menggerogoti sendi-sendi kemanusiaan. Ia hadir sebagai musuh senyap yang tak pandang bulu, merenggut masa depan generasi muda, menghancurkan keluarga, serta meninggalkan luka sosial yang mendalam. Kesadaran inilah yang mengemuka dalam kegiatan Pengukuhan 30 Penyuluh Remaja Sebaya tingkat SMA/SMK/MA yang digelar DPC GRANAT Kota Bandar Lampung pada 7–9 Desember 2025.
Dalam momentum tersebut, pidato Ketua DPC GRANAT Kota Bandar Lampung, Gindha Ansori Wayka, S.H., M.H., menjadi sorotan dan menggugah nurani banyak pihak. Dengan suara lantang dan penuh keyakinan, ia menegaskan bahwa perang melawan narkoba bukan semata tugas aparat penegak hukum, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa.
“Narkoba bukan sekadar kejahatan biasa. Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan,” tegas Gindha dalam pidatonya yang kemudian viral di media sosial. Ia menyebutkan bahwa “War on Drugs for Humanity” bukan sekadar slogan, melainkan panggilan moral untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran yang sistematis dan perlahan.
Gindha menggambarkan realitas pahit yang kerap terjadi di sekitar kita: anak muda penuh potensi yang hancur hanya karena rasa ingin tahu sesaat, kepala keluarga yang runtuh akibat jerat kecanduan, serta rumah tangga yang porak-poranda karena narkoba. “Ini bukan cerita fiksi. Ini kenyataan yang ada di gang-gang kota, desa terpencil, bahkan rumah-rumah mewah,” ujarnya.
Sebagai sosok yang telah lama berada di garis depan gerakan anti narkotika, Gindha menegaskan sikap tanpa kompromi terhadap bandar dan pengedar narkoba. “Tidak ada toleransi bagi mereka yang meracuni anak bangsa,” katanya lugas. Ketegasan ini, menurutnya, justru merupakan bentuk keberpihakan pada korban dan generasi masa depan.
Namun demikian, pidato tersebut tidak berhenti pada seruan penindakan semata. Di balik ketegasannya, tersimpan empati mendalam terhadap para korban narkoba dan keluarga yang terdampak. Gindha menekankan bahwa pencegahan adalah kunci utama, dan benteng terkuat itu bernama keluarga, sekolah, serta lingkungan masyarakat. “Sekali terjerumus, sangat sulit keluar. Maka cegah sebelum terlambat,” pesannya.
Pengukuhan 30 Penyuluh Remaja Sebaya ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda tidak hanya menjadi objek perlindungan, tetapi juga subjek utama dalam perang melawan narkoba. Para penyuluh diharapkan menjadi garda terdepan di lingkungan sekolah dan pergaulan sebaya, menyebarkan kesadaran, keberanian menolak, serta gaya hidup sehat tanpa narkoba.
Di era digital, pesan Gindha Ansori Wayka melampaui ruang dan waktu. Viral di berbagai platform media sosial, pidatonya membuktikan bahwa satu suara tegas mampu membangunkan ribuan hati nurani. Ia mengajak seluruh pihak—orang tua, pendidik, pemuda, aparat, dan pemerintah—untuk berdiri di barisan yang sama.
“Ini perang untuk kemanusiaan,” ujarnya menutup pidato. Setiap nyawa yang terselamatkan dari narkoba, menurutnya, adalah kemenangan bagi peradaban dan masa depan bangsa.
Karena pada akhirnya, menyelamatkan satu jiwa dari narkoba berarti menyelamatkan satu harapan bagi Indonesia.
Ditulis oleh:
Susanto
Penyuluh dan Konselor P4GN DPD GRANAT Provinsi Lampung


.jpg)