
Hal-Sel, INVESTIGASI. — Isu tak sedap kembali menghantui aktivitas industri pengolahan nikel di Kabupaten Halmahera Selatan. PT Wanatiara Persada Site Haul Sagu, salah satu perusahaan yang bergerak dalam proses pengolahan bijih nikel menjadi feronikel, kini diterpa dugaan serius terkait kerusakan lingkungan yang semakin meluas. Padahal, sebagai perusahaan yang mengusung konsep value added creating, seluruh proses pengolahan seharusnya dapat memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan. Rabu, 03/12/2025.
Kegiatan pengolahan di smelter tipe RKEF (Rotary Kiln–Electric Furnace), yang dikenal sebagai teknologi ramah lingkungan dan sudah banyak digunakan oleh industri serupa, kini justru disorot tajam. Dalam beberapa bulan terakhir, aktivitas smelter tersebut diduga memberi dampak buruk bagi kondisi lingkungan baik di kawasan darat maupun lautan sekitar wilayah Haul Sagu. Dugaan pencemaran ini semakin kuat setelah muncul keluhan masyarakat dan pekerja lokal yang menyaksikan langsung aktivitas perusahaan.
Seorang pekerja lokal yang telah bekerja lebih dari tujuh tahun di perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa manajemen perusahaan semakin tidak terarah. Ia menuturkan bahwa PT Wanatiara Persada Site Haul Sagu kerap mengabaikan standar penanganan limbah, sehingga pembuangan residu hasil pengolahan tidak terkendali dan diduga mencemari lingkungan sekitar.“Bukan hanya manajemen yang kacau, tapi limbah dari smelter sering dibiarkan begitu saja. Ada yang masuk ke darat, ada juga yang mengalir ke laut. Kami sudah lama melihat ini, tapi tidak ada pembenahan berarti dari perusahaan,” ungkapnya.
Selain dugaan pencemaran, sumber terpercaya lainnya mengungkapkan bahwa kondisi internal perusahaan kini berada dalam titik mengkhawatirkan. Menurutnya, PT Wanatiara Persada sebelumnya memiliki jumlah tenaga kerja mencapai sekitar 2.000 orang. Namun, akibat sistem manajemen yang dinilai semakin memburuk, jumlah tersebut kini menurun drastis hingga tersisa kurang lebih 1.000 pekerja saja.“Banyak yang keluar karena tidak tahan dengan kondisi kerja dan manajemen yang tidak jelas. Sebagian juga karena efisiensi perusahaan yang membuat pekerja dirumahkan,” ujarnya.
Dugaan kerusakan lingkungan yang disebut menyasar area laut menjadi perhatian khusus. Warga pesisir mengeluhkan air laut yang belakangan berubah warna, serta hasil tangkapan nelayan yang menurun. Meski belum ada pernyataan resmi dari dinas terkait, masyarakat berharap ada investigasi mendalam agar dampak lingkungan yang ditimbulkan tidak semakin parah.
Hingga berita ini diturunkan, manajemen PT Wanatiara Persada Site Haul Sagu belum memberikan klarifikasi resmi atas berbagai tudingan tersebut. Publik menunggu tanggung jawab perusahaan untuk memberikan penjelasan transparan sekaligus langkah konkret dalam memperbaiki kondisi lingkungan serta memastikan manajemen berjalan sesuai standar industri yang baik.
Isu pencemaran lingkungan oleh perusahaan tambang dan smelter bukan hal baru di Halmahera Selatan. Namun, kasus yang menimpa PT Wanatiara Persada site Haul Sagu ini menjadi perhatian serius mengingat besarnya dampak terhadap masyarakat sekitar serta potensi kerusakan ekosistem yang lebih luas apabila tidak segera ditangani. (Red)


.jpg)