Disinyalir "Keterlibatan Kapolrestabes Semarang Dan Humas Polda Jateng Terkait Intervensi Seorang Rektor" Menguji Netralitas Polri, Sorotan!!! - Investigasi Warta Global

Mobile Menu

TOP ADS

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

More News

logoblog

Disinyalir "Keterlibatan Kapolrestabes Semarang Dan Humas Polda Jateng Terkait Intervensi Seorang Rektor" Menguji Netralitas Polri, Sorotan!!!

Wednesday, 7 February 2024

INVESTIGASI SEMARANG - Pengakuan Seorang Rektor Unika Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah Ferdinandus Hindiarto mengungkap dirinya dihubungi seseorang yang mengaku dari Polrestabes Semarang meminta dibuatkan video testimoni dan ajakan pemilu damai, hingga narasi positif untuk pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Dengan begitu Publik dipertanyakan juga apakah ada kaitan dengan pengucuran dana taktis pemilu 2024 yang masuk diHumas Polda Jateng? 
Kaporestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan anggotanya mendekati Rektor Unika Soegijapranata sebagai bagian program cooling system atau upaya menurunkan tensi politik menjelang pencoblosan Pemilu 2024,saat ditemui media

Tujuannya, kata dia, adalah agar Pemilu 2024 berjalan aman dan damai.
Dengan kata lain pernyataan Rektor itu dibenarkan secara tidak langsung. 


Irwan mengatakan dalam program cooling system itu, anggota Polri diminta untuk menggalang suara para tokoh agama, tokoh masyarakat termasuk civitas akademika untuk mengajak masyarakat mensukseskan Pemilu.

"Jadi kami memang ada program 'cooling system' untuk Pemilu, menurunkan tensi politik di masyarakat supaya tidak ada konflik pertikaian permusuhan. Jajaran di lapangan tentunya bergerak meminta himbauan kepada tokoh-tokoh agama dan masyarakat termasuk civitas akademika pimpinan kampus. Imbauan ini kami kemas dalam bentuk video karena akan kami share ke media sosial," jelas Irwan saat konferensi pers di Semarang, Selasa 6/2/2024 apa ini suatu pengakuan? 

Bahlil Diminta Tenang & Fokus Kerja Daripada Urus Kampus Kritik Jokowi
Irwan menambahkan gerakan cooling system tanpa paksaan sehingga ketika ada yang keberatan, maka polisi tak melanjutkan pendekatannya ke pihak terkait itu.

"Tidak ada paksaan disini, kalau tidak berkenan, kita terima, dan memang ada yang menolak juga," kata Irwan.

Irwan juga menegaskan bila aksi permintaan video imbauan pemilu damai ini tidak untuk menandingi aksi petisi dari berbagai kampus.

"Ini program kita sudah berjalan sejak masa-masa Pemilu, jadi tidak ada kaitan dengan petisi yang dikeluarkan kampus, tidak ada itu narasi meng-counter [menyerang balik] petisi kampus [kritik Jokowi]," tegas Irwan.


Mahfud Ungkap Ada Operasi Menekan Rektor Perguruan Tinggi
Sebelumnya, Ferdinand mengonfirmasi pernyataan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD soal dirinya didekati polisi untuk membuat testimoni narasi positif untuk Jokowi dan pemilu, namun ditolaknya.

Dia mengatakan terduga anggota Polri itu juga mengirimkan contoh video dari beberapa pimpinan perguruan tinggi yang sudah menyampaikan testimoni serupa. Namun, kata Ferdinand, dirinya tak bisa memenuhi permintaan orang yang mengaku dari Polrestabes Semarang itu.

"Terkait dengan orang yang meminta saya membuat pernyataan tersebut, saya menghormati yang bersangkutan karena menjalankan tugas yang diberikan atasan, namun kami tidak dapat memenuhinya," ujar Ferdinand saat dikonfirmasi, Selasa ini.

Lebih lanjut, Ferdinand juga menyampaikan bila tidak ada penyebutan bila permintaan video yang disampaikan anggota Polrestabes Semarang untuk menandingi petisi dari sejumlah kampus yang menyuarakan keprihatinan demokrasi negara saat ini.

"Kontennya seperti contoh video-video yang dikirimkan kepada saya. Saya tolak. Kemudian, anggota itu masih meminta untuk membuat pernyataan, saya tolak juga ", kata Ferdinand.

Ferdinand menyatakan kepada anggota Polri terkait dia menegaskan civitas akademika Unika Soegijapranata bukan partisan dan netral. Pihaknya juga membebaskan semua mahasiswa, dosen, pegawai memilih secara rasional dengan hati nurani.


Singgung UU HAM, Jokowi Minta MK Tetap Bolehkan Presiden Kampanye
Mahfud sempat mengungkap muncul berbagai operasi mendekati rektor sejumlah perguruan tinggi agar menyuarakan narasi positif Jokowi.

Menurut Mahfud, operasi intervensi ini untuk menekan para rektor perguruan tinggi yang belum menyatakan sikap kritis terhadap pemerintahan Jokowi.

"Muncul sejumlah operasi mendekati rektor-rektor yang belum mengemukakan pendapatnya, belum berkumpul untuk deklarasi, mereka ini diminta untuk menyatakan sikap yang berbeda. Sikap yang berbeda didatangi mereka untuk menyatakan bahwa Presiden Jokowi baik, pemilu baik, penanganan Covid terbaik," kata Mahfud dalam acara Tabrak Prof! di sebuan cafe daerah Seturan, Sleman, DIY, Senin (5/2) malam.

"Ada beberapa rektor perguruan tinggi yang kemudian membuat pernyataan seperti yang diminta oleh orang yang melakukan operasi itu," tambahnya.

Namun, kata Mahfud, tak semua rektor yang didatangi oknum mengiyakan permintaan tersebut. Salah satunya adalah Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Ferdinandus Hindiarto. Menurut Mahfud, Ferdinand secara terang-terangan menolak membuat pernyataan mendukung pemerintahan Jokowi.

Rektor Unika Soegijapranata  didatangi oleh seseorang untuk membuat pernyataan mendukung bahwa pemerintahan Pak Jokowi baik, pemilu baik, penanganan Covid nomor satu dan sebagainya,"ujar Mahfud.

Itu menimbulkan rasa ketidak nyamanan seseorang secara tidak langsung, ada apa? 

"Tapi tidak semua rektor menyetujui pernyataan itu. Ada yang memodifikasi, ada yang netralisasi bahwa universitasnya tidak ikut-ikut, tapi ada juga yang membacakan itu sesuai dengan pesan yang ditulis template-nya," 
(Pernyataan tersebut bersumber dari Cnn) 


Dalam hal ini jangan sampai publik meragukan netralitas Polri di pemilu 2024.
Tim/*













KALI DIBACA

No comments:

Post a Comment