
Bengkulu 26/11/2025, InvestgasiWarttaGlobal. Id
Insiden penembakan lima petani di Desa Kembang Seri, Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan, Senin (24/11/2025), kembali menyoroti konflik agraria yang berkepanjangan di Indonesia. Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Agraria dan Sumber Daya Alam (PPASDA), Muhammad Irvan Mahmud Asia, menilai kejadian ini sebagai puncak gunung es konflik agraria yang tak kunjung usai.
Konflik antara petani dan PT Agro Bengkulu Selatan (ABS) telah berlangsung sejak 2012, ketika perusahaan tersebut mendapatkan izin lokasi perkebunan seluas 2.950 hektare. Warga setempat telah meminta perusahaan untuk tidak melakukan penggusuran lahan, namun perusahaan tetap melakukannya, memicu kemarahan warga.
PPASDA menilai ada pembiaran dari pemerintah dalam menyelesaikan konflik ini. "Insiden ini mengingatkan kita semua pada konflik agraria di Pulau Rempang Batam, konflik masyarakat adat Pakel Banyuwangi dengan PT Bumisari, dan berbagai konflik lainnya di seluruh nusantara," kata Irvan.
PPASDA mendesak Kepolisian untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan tidak hanya berhenti pada petugas keamanan PT ABS sebagai pelaku penembakan. Mereka juga meminta perlindungan terhadap korban dan keluarga, serta pencabutan izin PT ABS ¹.
Konflik agraria di Indonesia terus meningkat, dengan 295 kasus pada 2024, melibatkan 1,1 juta hektar tanah dan berdampak pada 67.436 keluarga. Sektor perkebunan menjadi penyumbang konflik agraria tertinggi, dengan 111 kasus
Tuntutlah Keadilan untuk Petani Bengkulu Selatan!


.jpg)