Warga Palang Sekolah Dasar Negeri 226 Hal-Sel, Protes Kepala Sekolah Mangkir Tugas dan Diduga Tilep Honor Guru - Investigasi Warta Global

Mobile Menu

Top Ads

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

Tranding Nasional

🎉 Dirgahayu Republik Indonesia ke-80 — 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2025 🎉

More News

logoblog

Warga Palang Sekolah Dasar Negeri 226 Hal-Sel, Protes Kepala Sekolah Mangkir Tugas dan Diduga Tilep Honor Guru

Tuesday, 2 September 2025



Hal-Sel, INVESTIGASI. - Halmahera Selatan – Aksi protes warga Dusun Marimoi, Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan (Hal-Sel) pecah pada Senin (01/09/2025). Sekolah Dasar Negeri (SDN) 226 Halsel dipalang warga sebagai bentuk kekecewaan atas kepemimpinan Kepala Sekolah, Hamid Abdurrahman, yang dinilai tidak pernah melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya. Selasa, 02/09/2025.

Pantauan wartaglobal.id di lokasi, pagar depan sekolah ditutup rapat dengan palang kayu dan kain bertuliskan aspirasi warga. Spanduk protes dipasang di beberapa titik, antara lain di pintu masuk sekolah dengan tulisan “Mendesak Kadis Pendidikan segera evaluasi dan copot Kepsek 226 Halmahera Selatan.” Tidak hanya itu, ruang guru pun ikut dipalang dengan coretan bernada keras seperti “Kepsek stop makan gaji guru”, “Ganti Kepsek pamalas”, hingga “Desak Kepala Dinas segera copot Kepsek pamalas.”

Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, aksi ini merupakan bentuk kekesalan mendalam masyarakat karena Kepala Sekolah SDN 226, Hamid Abdurrahman, nyaris tidak pernah terlihat mengunjungi sekolah dan menjalankan kewajibannya. “Sekolah kami palang sebagai bentuk protes dan mendesak Bupati Halmahera Selatan melalui Dinas Pendidikan agar kepala sekolahnya dicopot, karena tidak pernah berkunjung ke sekolah,” tegas warga tersebut.

Selain persoalan absennya Kepala Sekolah, warga juga menyoroti dugaan penyalahgunaan dana honor guru bantu. Informasi yang dihimpun media, Hamid diduga menahan honor para guru bantu selama 12 bulan penuh, terhitung sejak September 2024 hingga September 2025.

Salah seorang guru bantu yang juga meminta namanya tidak dituliskan, mengaku sudah satu tahun penuh tidak menerima honor yang semestinya menjadi haknya. “Tepatnya sudah 12 bulan honor kami tidak diberikan. Pak Hamid hanya janji jika dana BOS sudah cair baru dibayar, namun sampai sekarang tidak pernah dibayar,” ujarnya dengan nada kecewa.

Kondisi ini menambah beban para guru bantu yang selama ini mengabdi dengan penuh keterbatasan di wilayah pedalaman. Mereka harus tetap mengajar meski tanpa kepastian honor. “Kami tetap masuk mengajar karena tidak tega melihat anak-anak, tapi ini sudah keterlaluan. Hak kami tidak diberikan, sementara Kepala Sekolah tidak pernah hadir,” tambah guru tersebut.

Aksi pemalangan ini mendapat perhatian luas dari warga sekitar. Orang tua siswa ikut hadir, menyampaikan keresahan atas nasib pendidikan anak-anak mereka yang terancam terbengkalai akibat konflik internal di sekolah. Beberapa orang tua siswa menegaskan, aksi ini bukan untuk menghambat proses belajar, melainkan agar pemerintah segera mengambil langkah tegas.

“Kami hanya ingin sekolah ini punya kepala sekolah yang benar-benar bertanggung jawab. Anak-anak kami berhak dapat pendidikan yang baik, bukan begini,” ujar salah seorang orang tua siswa.

Masyarakat mendesak Bupati Halmahera Selatan serta Kepala Dinas Pendidikan segera turun tangan. Mereka menilai, dibiarkannya permasalahan ini hanya akan merugikan murid-murid yang seharusnya menjadi prioritas utama.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak media masih berupaya melakukan konfirmasi kepada Kepala Sekolah SDN 226 Halsel, Hamid Abdurrahman, terkait tuduhan tersebut. Namun yang bersangkutan belum dapat memberikan keterangan resmi.


Redaksi:wan