Pino Raya Bersimbah Darah: Dor'Dor'Dor 5 Petani Dibantai PT. ABS "Darurat Agraria" - Investigasi Warta Global

Mobile Menu

Pendaftaran

Klik

More News

logoblog

Pino Raya Bersimbah Darah: Dor'Dor'Dor 5 Petani Dibantai PT. ABS "Darurat Agraria"

Wednesday, 26 November 2025

Bengkulu Bergemuruh' Petani Ditembak di Tengah Sengketa Agraria PINO RAYA

BENGKULU SELATAN  26/11/2025 , InvestigasiWartaGlobal. Id
Pagi yang basah oleh hujan deras pada 24 November 2025 berubah menjadi babak kelam dalam konflik agraria panjang di Pino Raya, Bengkulu Selatan. 
Suara mesin buldoser PT Agro Bengkulu Selatan (PT ABS) menggema menandai dimulainya pengerukan tanah sengketa seluas ribuan hektare yang selama ini menjadi rebutan antara perusahaan dan petani lokal.Namun, bukan hanya tanah yang terkikis hari itu. 

Ketegangan yang menumpuk bertahun-tahun meledak menjadi kekerasan yang merenggut nyawa dan melukai sejumlah petani. 

Sekitar pukul 12.45 WIB, ledakan suara tembakan menembus protes warga. Buyung, petani lansia, menjadi korban pertama, langsung roboh dengan luka tembak di dada. Tak lama kemudian, empat petani lain—Linsurman, Edi Hermanto, Santo, dan Suhardin—juga terdampak tembakan di berbagai bagian tubuh.Warga menyebut pelaku adalah seorang oknum sekuriti PT ABS berinisial RK, yang diamankan dalam kondisi kacau oleh masyarakat. 

Polisi mengamankan revolver dan selongsong peluru di lokasi, sementara pihak perusahaan melaporkan seorang karyawan mereka mengalami luka tusuk, menambah kompleksitas insiden yang berlangsung cepat dan brutal.Kekerasan ini bukan insiden tunggal. Laporan dari WALHI menegaskan bahwa intimidasi dan tindakan represif terhadap petani sudah terjadi sejak izin lokasi perkebunan diberikan pada 2012 di atas lahan seluas 2.950 hektare yang diklaim masyarakat sebagai milik mereka. Selama bertahun-tahun, konflik agraria itu membiarkan luka lama tertutup oleh ketegangan yang terus mendidih.

Kematian dan luka berat akibat tembakan ini memantik desakan keras dari kelompok masyarakat sipil dan lingkungan. WALHI serta organisasi lain menuntut penyelidikan mendalam terhadap legalitas senjata api, kronologi kejadian, dan pelanggaran hak asasi manusia yang diduga terjadi. 

Komnas HAM turun tangan, menyoroti insiden ini sebagai pelanggaran serius terhadap hak hidup warga sipil.Pemerintah daerah berupaya menenangkan situasi. Bupati Bengkulu Selatan menyebut kondisi kini "kondusif" dan menjanjikan pembentukan tim khusus untuk menyelesaikan akar konflik serta menjaga keamanan. Namun, masyarakat masih menyimpan kecemasan, apalagi dengan beredarnya video visual korban berlumuran darah di media sosial, jadi saksi bisu fragmen tragis ini.

Pertanyaan terbesar kini menggelayuti Pino Raya: apakah keadilan akan ditegakkan dan konflik ini tuntas, ataukah tragedi ini hanyalah luka baru yang akan terlupakan, menunggu putaran kekerasan selanjutnya—yang mungkin lebih mematikan?
Catatan sejarah berbicara jelas: tanpa penyelesaian yang adil dan menyeluruh, kekerasan hanya akan berulang dan memperparah derita masyarakat kecil yang terus berjuang mempertahankan hak atas tanah mereka.