Guru SD Negeri 246 Gilalang Diduga Intimidasi Wartawan, Warga Sebut Gaya Premanisme Ati Din Sudah Mengakar - Investigasi Warta Global

Mobile Menu

Top Ads

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

Tranding Nasional

🎉 Dirgahayu Republik Indonesia ke-80 — 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2025 🎉

More News

logoblog

Guru SD Negeri 246 Gilalang Diduga Intimidasi Wartawan, Warga Sebut Gaya Premanisme Ati Din Sudah Mengakar

Friday, 26 September 2025
Sosok Pendidik Arogan

InvestigasiWartaGlobal.id | Halmahera Selatan – Polemik di SD Negeri 246 Gilalang, Kecamatan Bacan Barat Utara, Halmahera Selatan, kembali memanas. Guru bernama Ati Din kini menjadi sorotan publik setelah diduga melakukan intimidasi terhadap wartawan Warta Global. Dugaan ini muncul setelah pemberitaan terkait penguasaan rumah dinas sekolah dan ketidakhadiran rutin saat mengajar.

Sejumlah warga mengaku geram. Perilaku arogansi yang ditunjukkan Ati Din disebut-sebut sudah berlangsung bertahun-tahun. “Me ibu Ati memang seperti itu, suka arogan. Kejadian di Gilalang ini sudah berjalan lama. Dia mempertahankan rumah dinas seolah-olah milik pribadi, tidak mau orang lain masuk,” ujar salah seorang warga dengan nada kesal.

Warga lain menilai tindakan Ati Din jauh dari sosok pendidik yang seharusnya menjadi panutan. “Bagaimana bisa seorang guru justru memelihara sikap preman? Ini sangat disayangkan. Guru seharusnya menebar teladan, bukan ancaman,” tegas warga lainnya.

Dugaan intimidasi terhadap wartawan ini semakin serius karena disertai penyebutan nama aparat kepolisian, seakan menjadi alat untuk menakut-nakuti. Seorang wartawan Warta Global mengungkapkan, “Setelah berita dirilis, konfirmasi yang dilakukan justru dengan ancaman, bahkan membawa-bawa Polres. Tapi kami tetap profesional. Ini jelas ada dendam pribadi, dan menunjukkan ketidaktahuan terhadap etika jurnalistik.”

Kasus ini memicu kecaman publik luas. Intimidasi terhadap jurnalis merupakan pelanggaran serius terhadap UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, yang melindungi jurnalis dari segala bentuk tekanan, kekerasan, dan ancaman saat menjalankan tugas.
Sang pendidik bergaya bak preman

Warga menekankan, jika kasus ini dibiarkan, bukan hanya dunia pendidikan yang dirugikan, tetapi juga tatanan demokrasi lokal. “Guru seharusnya memberi contoh moral dan integritas. Jika dibiarkan, banyak guru lain bisa meniru praktik serupa. Ini bukan sekadar rumah dinas, tapi soal etika dan teladan bagi generasi muda,” kata seorang warga Gilalang.

Hingga kini, publik menanti langkah tegas dari aparat hukum dan pemerintah daerah Halmahera Selatan untuk menghentikan praktik arogansi yang mencederai dunia pendidikan dan kebebasan pers.

“Kalau ini tidak segera ditindak, kami khawatir tidak ada lagi wartawan atau warga yang berani bersuara. Aparat harus serius menegakkan hukum,” tambah warga lainnya.

Redaksi: InvestigasiWartaGlobal.id