
INVESTIGASI — Obi, Sabtu 23 Agustus 2025 | Hampir satu bulan pasca peristiwa kebakaran yang melahap habis rumah milik Waatmi Ladasmin di Desa Baru, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, duka yang dirasakan keluarga korban seolah tak berujung. Hingga kini, keluarga yang menjadi korban belum juga menerima bantuan dari Pemerintah Daerah Halmahera Selatan, khususnya dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang memiliki kewenangan langsung dalam penanganan musibah kebakaran.
Padahal, kebakaran yang terjadi pada 25 Juli 2025 lalu bukan hanya menghanguskan satu unit rumah kayu, melainkan juga menghabiskan seluruh isi rumah, termasuk peralatan sekolah milik tiga anak penghuni rumah. Ketiga anak tersebut kini harus melanjutkan pendidikan dalam kondisi penuh keterbatasan.
Sampai berita ini diturunkan, satu-satunya perhatian nyata yang dirasakan korban datang dari Pemerintah Desa Baru. Kepala Desa Baru, Munir Hi. Halik, telah menyalurkan bantuan awal berupa uang tunai untuk membantu mengganti peralatan sekolah anak-anak yang habis terbakar. Bantuan itu, menurut Munir, hanya sebatas upaya tanggap cepat dari pihak desa agar anak-anak bisa kembali bersekolah tanpa terlalu lama menunggu uluran tangan dari pemerintah daerah.
“Bantuan yang kami dari desa berikan sifatnya darurat. Kami sisihkan dari kas desa dan juga hasil swadaya masyarakat. Minimal untuk membeli seragam, buku, dan tas sekolah anak-anak. Tapi jujur saja, ini belum cukup untuk memulihkan kerugian yang dialami keluarga korban.” ujar Munir
Warga Desa Baru pun menyuarakan hal serupa. Mereka menilai, pemerintah daerah terkesan acuh terhadap penderitaan warganya yang tengah dilanda musibah. Sejumlah warga bahkan membandingkan bagaimana cepatnya pemerintah menyalurkan bantuan untuk korban bencana di wilayah lain, sementara korban di Desa Baru seolah diabaikan.
“Rumah itu terbakar habis, tinggal puing saja. Anak-anak kehilangan semua peralatan sekolahnya. Kalau bukan desa yang bergerak, mungkin mereka sudah berhenti sekolah. Tapi yang kami sesalkan, sampai sekarang belum ada bantuan dari pemda, padahal ini jelas-jelas musibah besar,” ujar salah satu tokoh masyarakat Desa Baru.
Sementara itu, sang ibu, Watisna Wally, tak mampu menutupi kekecewaannya. Ia menuturkan, sejak kejadian, dirinya sudah beberapa kali berharap ada bantuan datang dari pemerintah kabupaten, namun hingga kini hanya janji yang didengar. “Saya capek sudah tunggu-tunggu. Katanya nanti ada bantuan, tapi sampai sekarang tidak ada. Saya hanya minta pemerintah peduli, karena anak-anak saya masih sekolah, mereka butuh dukungan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Kerugian akibat kebakaran tersebut ditaksir mencapai Rp100 juta, meliputi rumah beserta seluruh isi di dalamnya. Namun, hingga kini keluarga korban masih tinggal menumpang di rumah kerabat terdekat, tanpa kepastian kapan bisa kembali memiliki rumah sendiri.
Sejumlah tokoh masyarakat di kecamatan obi pun menilai ketiadaan respon cepat dari BPBD Halsel merupakan bentuk kelalaian pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya. Menurutnya, BPBD seharusnya menjadi lembaga yang paling depan dalam menangani bencana, baik banjir, kebakaran, maupun musibah lainnya.
“Bencana kebakaran di Desa Baru ini jelas masuk kategori bencana rumah tangga yang mestinya ditangani BPBD. Tapi kita lihat, sudah hampir sebulan tidak ada aksi nyata. Ini memperlihatkan lemahnya sistem tanggap darurat di Halsel. Pemerintah jangan hanya peduli saat bencana terjadi di pusat kota, sementara di wilayah kepulauan dan pedesaan dibiarkan sendiri,” tegas seorang tokoh yang enggan dipublish namanya.
Musibah ini menjadi catatan penting bagi masyarakat dan pemerintah, bahwa bencana bisa menimpa siapa saja, kapan saja. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana negara hadir melalui perangkat pemerintahannya untuk melindungi dan membantu warganya.
Kini, masyarakat Desa Baru hanya bisa berharap agar Pemda Halsel, khususnya BPBD, segera turun tangan memberikan bantuan nyata. Bukan sekadar janji atau kunjungan formalitas, melainkan langkah konkret yang dapat meringankan beban keluarga korban, terutama bagi anak-anak yang masih harus mengejar cita-citanya melalui pendidikan.
Reporter : Faldi Usman