
Investigasi WartaGlobal. Id
JAKARTA Forum Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di Hotel Redtop Pecenongan, Jakarta Pusat, Kamis (24/7/2025), berakhir ricuh dan nyaris berujung bentrok antar kelompok. Diduga kuat, kekisruhan ini bukan insiden spontan, melainkan sudah dirancang oleh pihak-pihak tertentu yang ingin menciptakan kegaduhan demi kepentingan kelompoknya sendiri.
FGD yang awalnya ditujukan untuk membahas nasib para pengemudi ojek online (ojol) bersama pemangku kebijakan, nyatanya dibanjiri oleh peserta yang tidak terdaftar dalam undangan resmi. Sebagian besar hadir bukan sebagai peserta sah, melainkan sebagai “penumpang gelap” yang sengaja datang untuk membuat keonaran.
Sinyal adanya agenda tersembunyi makin menguat setelah beredar narasi-narasi ajakan untuk menggeruduk acara ini di berbagai grup WhatsApp komunitas ojol. Dalam forum yang seharusnya menjadi wadah diskusi elegan itu, justru muncul arogansi dan provokasi, khususnya dari kelompok yang mengklaim sebagai korban aplikator.
"Dari awal acara memang sudah tidak kondusif. Banyak intrupsi tidak jelas, bahkan ada yang bukan ojol tapi ngotot ingin bicara. Ironisnya, yang tidak punya akun malah menyuruh yang punya acara keluar dari ruangan. Ini forum atau sirkus?" sindir Erna, Humas Unit Respon Cepat (URC), yang hadir dalam forum tersebut.
Ketua Umum Masyarakat Ojek Online Seluruh Indonesia (MOOSI) sekaligus juru bicara URC, Danny Stephanus, juga menyayangkan sikap panitia yang dinilainya tidak profesional.
"Kemenhub kurang selektif. Banyak nama tak dikenal bisa masuk, makan-makan, lalu bikin rusuh. Bahkan ada yang ngaku-ngaku dari URC padahal bukan. Ini jelas bentuk pembusukan terhadap forum diskusi," tegas Danny.
Puncak kericuhan terjadi saat salah satu perwakilan URC diusik oleh oknum dari kelompok korban aplikator. Cekcok berlanjut hingga luar hotel, membuat situasi makin panas. Massa URC merespons cepat dengan mengepung area hotel di tiga titik strategis: depan hotel, lampu merah Pecenongan, dan basecamp Govinda Juanda.
"Itu baru URC diganggu, langsung bergerak cepat. Mereka ini bukan komunitas demo, tapi pas dikerahkan, ya jangan main-main. Akhirnya pihak Garda yang biasa jumawa di medsos, minta dikawal keluar hotel karena takut bentrok. Lucu, katanya singa, tapi keluar hotel harus minta dikawal. Di lapangan malah jadi anak ayam," ujar Danny dengan nada satir.
Kepolisian yang berjaga bahkan harus menurunkan dua kompi personel untuk meredam situasi yang makin memanas. Namun, keberanian pihak provokator justru hilang saat berhadapan langsung dengan kekuatan riil URC di lapangan.
FGD kali ini disebut sebagai lanjutan dari agenda yang tertunda sejak awal Juli 2025, usai Kemenhub menggelar rapat dengan Komisi V DPR RI. Namun harapan untuk dialog produktif justru berubah menjadi panggung konflik yang menyisakan banyak catatan penting.
Pesan Moral: Jangan Bersikap Arogan dalam Forum Terhormat
Di akhir wawancara, Danny menyentil keras sikap-sikap arogan yang mencemari forum diskusi.
"Kalau belum siap berdiskusi dengan etika, lebih baik diam. Jangan memancing keributan kalau ujung-ujungnya tak berani menghadapi kenyataan. Jangan seperti anak ayam yang hilang arah saat situasi memanas," tutupnya.
Kisruh dalam FGD Kemenhub kali ini menjadi alarm keras bahwa regulasi transportasi daring perlu ditangani lebih profesional dan partisipatif, tanpa ada penumpang gelap yang mencoba memanipulasi panggung demi kepentingan pribadi atau kelompok.
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment