Hal-Sel, INVESTIGASI. Persoalan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kecamatan Obi Khususnya Desa Laiwui semakin memanas. Kelangkaan dan kenaikan harga BBM, baik subsidi maupun non-subsidi, membuat masyarakat tercekik, sementara sejumlah pengusaha pangkalan dan pengecer besar menikmati keuntungan. Situasi ini menciptakan keresahan di tengah masyarakat yang semakin sulit mendapatkan BBM dengan harga wajar. Minggu, 05/01/2025.
Dalam pantauan tim media, harga BBM melonjak signifikan. Tak hanya itu, kelangkaan BBM jenis tertentu memperburuk keadaan. Padahal, seharusnya Kecamatan Obi yang memiliki tiga SPBU dan sekitar sepuluh pangkalan minyak tanah mampu memenuhi kebutuhan BBM masyarakat. Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Stok BBM yang seharusnya mencukupi justru menghilang entah ke mana.
Budiman S., Ketua Aliansi Masyarakat Lingkar Tambang Obi (AMANAT-OBI), mendesak Pemerintah Daerah Halmahera Selatan (PEMDA HAL-SEL) untuk segera menangani masalah ini dengan serius. "Ini bukan masalah sepele. BBM adalah kebutuhan pokok masyarakat. Jika dibiarkan, akan menimbulkan persoalan sosial dan ekonomi yang serius," ujar Budiman.
Kenaikan harga BBM diduga akibat ulah beberapa pengusaha yang bermain curang dengan mendistribusikan BBM tidak sesuai aturan. Seorang pengecer yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa ia harus menjual Pertamax seharga Rp 25.000 per liter karena membeli dari luar daerah seharga Rp 20.000 per liter. "Saya beli Pertamax dari luar dengan harga Rp 20.000, jadi terpaksa saya jual Rp 25.000. Kalau beli dari SPBU, saya yang pengecer kecil ini tidak bisa dapat," jelasnya.
Budiman menambahkan, kelangkaan dan kenaikan harga minyak tanah juga menjadi pukulan telak bagi PEMDA dan Pertamina. Meskipun stok yang masuk ke pangkalan minyak tanah di Kecamatan Obi berkisar 30-40 ton, kelangkaan tetap terjadi, menyebabkan harga melambung jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Saya meminta dengan hormat kepada PEMDA HALSEL melalui dinas terkait dan Polsek Obi untuk segera menindak seluruh pangkalan minyak tanah atau SPBU yang tidak taat aturan dan merugikan masyarakat," tegas Budiman.
Masalah pendistribusian BBM di Kecamatan Obi, termasuk Pertamax, Pertalite, minyak tanah, dan solar, sudah berlangsung lama. Budiman berharap pihak terkait dapat menunjukkan ketegasan dan keseriusan dalam menyelesaikan masalah ini demi kepentingan masyarakat luas.
Reporter:Faldi
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment