
Enam penghargaan tersebut terdiri dari 3 Platinum (Inovasi Sosial, Efisiensi Air, Keanekaragaman Hayati), 2 Gold (Efisiensi Energi dan Pengurangan Limbah B3), serta 1 Silver (Pengelolaan Sampah). Raihan ini menempatkan UBP Lontar sebagai salah satu unit pembangkit dengan performa keberlanjutan paling menonjol di tingkat nasional.
Namun, di balik prestasi gemilang itu, publik masih menanti pembuktian nyata. Apakah inovasi yang dipamerkan benar-benar dijalankan konsisten di lapangan, atau sekadar dipoles untuk mengejar penghargaan?
Acara ENSIA sendiri dibuka oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup RI, Diaz Hendropriyono, yang menekankan pentingnya inovasi dalam menjaga keberlanjutan industri.
> “Inovasi adalah masa depan industri. Dunia usaha yang tidak berinovasi akan tertinggal. Partisipasi tinggi di ENSIA menunjukkan kepedulian yang semakin besar dari masyarakat dan pelaku usaha,” ujar Diaz.

Aryo Baskoro, Manajer Operasi UBP Lontar yang hadir menerima penghargaan, menyatakan penghargaan ini memperkuat komitmen perusahaan untuk terus mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs).
"Kami berkomitmen menjaga lingkungan, mendukung kehidupan sosial, dan memperkuat ekonomi masyarakat sekitar. ENSIA Award menjadi pengingat bagi kami agar terus konsisten,” ungkap Aryo.
Meski demikian, catatan kritis tetap perlu diajukan. Beberapa isu terkait limbah B3, pengelolaan sampah, hingga dampak lingkungan di pesisir sekitar pembangkit masih menjadi perhatian masyarakat lokal. Investigasi independen dan pengawasan publik menjadi kunci agar penghargaan yang diterima tidak berhenti pada seremoni, melainkan diwujudkan dalam aksi nyata yang berkelanjutan.
Publik berhak tahu: apakah UBP Banten 3 Lontar mampu menjaga konsistensi setelah pulang dengan enam penghargaan, atau prestasi itu hanya akan menjadi catatan manis tanpa perubahan signifikan di lapangan.
Redaksi: InvestigasiWartaGlobal.id