Viral, Anak Pemulung Ditolak Masuk SMP Negeri 02 Setu Bekasi Berprestasi Juara Satu - Investigasi Warta Global

Mobile Menu

TOP ADS

Responsive Leaderboard Ad Area with adjustable height and width.

More News

logoblog

Viral, Anak Pemulung Ditolak Masuk SMP Negeri 02 Setu Bekasi Berprestasi Juara Satu

Thursday, 17 July 2025


Bekasi,InvestigasiWartaglobal.id
Ini kisah pilu anak Pemulung yang beredar informasi disosmed Face book adanya diduga oknum Disdikbud tidak merespon baik terhadap keresahan publik adanya seorang anak remaja ditolak oleh pihak sekolah di SMP negeri daerah Bekasi Jawa barat


Ini lah jeritan pilih anak pemulung yang beredar diketahui publik yaitu 
Pagi itu, langit tampak mendung, seolah mengerti kesedihan yang menyelimuti rumah sederhana di pinggiran Kabupaten Bekasi. Di sudut ruangan, Keimita Ayuni Putri Aiman duduk memeluk rapor terakhirnya, lembaran kertas yang penuh angka 90-an—jejak enam tahun kerja keras, air mata, dan mimpi besar yang dibangun sejak ia bisa membaca.
Gadis 12 tahun itu adalah kebanggaan SDN Sumur Batu 1. Ranking satu sejak kelas satu, mewakili sekolah dalam berbagai lomba, hingga seringkali dipanggil ke depan kelas untuk memberi semangat teman-temannya. “Kamu pasti bisa, kayak Keimita,” ujar gurunya suatu hari.
Namun, di balik prestasi yang membanggakan, ada satu mimpi sederhana yang Keimita genggam erat: bersekolah di SMPN 27 Kota Bekasi—hanya 1,3 kilometer dari rumahnya, tempat teman-teman sepermainannya juga mendaftar. Sekolah itu bukan sekadar gedung; itu adalah lambang harapan, tempat ia ingin tumbuh, belajar, dan menjadi kebanggaan orang tuanya, terutama ibunya, Atimah.
Tapi sistem berkata lain. Ketika ia mendaftar lewat jalur prestasi, sistem menolak: Domisili tidak sesuai zonasi. Ia tinggal di Kabupaten Bekasi. SMPN 27 berada di Kota Bekasi. 

Tak peduli seberapa tinggi nilainya, seberapa keras ia belajar, atau betapa dekat jarak rumah ke sekolah itu—sistem tidak membuka pintu.

Air mata Keimita tumpah hari itu. Ia tak mengerti, bagaimana mungkin prestasinya dikalahkan oleh garis batas administratif? Ia pulang ke rumah, menggenggam seragam SD-nya, dan merekam video singkat, “Maaf ya Bu… Ayah… Ima enggak bisa masuk SMP negeri. Ima udah coba, tapi enggak bisa…”

Video itu menyebar, menggetarkan hati ribuan orang di media sosial. Netizen marah, heran, kecewa, dan iba. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi pun turun tangan. 

Tapi waktu terus berjalan, dan Keimita masih belum tahu, ke mana ia akan melangkah esok hari.
Kini, satu-satunya pilihan yang diberikan kepadanya adalah SMPN 2 Setu, sekolah negeri di Kabupaten Bekasi. 

Namun sekolah itu lebih jauh, hampir dua kilometer. Harus naik motor, dan bukan zona impiannya. Sementara SMPN 27 hanya lima menit jalan kaki dari rumahnya—tapi tetap tertutup karena batas wilayah.
Ibunya, Atimah, bingung dan kecewa. “Kalau dari awal dibilang enggak bisa daftar ke Kota Bekasi, ya saya enggak maksa. 

Tapi ini malah disuruh daftar jalur prestasi oleh sekolahnya. Saya orang awam, mana ngerti sistem yang ribet begini…”
Kini, di dalam rumah itu, Keimita hanya bisa menunggu. Ia duduk diam, mendengarkan deru motor yang lewat depan rumah, membayangkan seandainya ia mengenakan seragam SMPN 27 seperti yang ia impikan.

“Kalau saya mah ke mana aja, yang penting anak saya bisa sekolah,” ucap Atimah pelan. Tapi di balik suaranya, ada kepedihan seorang ibu yang melihat anaknya dipatahkan bukan karena kurang pintar, tapi karena sistem yang tak berpihak pada logika dan keadilan.

Dan Keimita, anak 12 tahun yang viral karena kegigihannya, hanya bisa memeluk rapornya lebih erat sambil berbisik, “Bu… Ima enggak salah kan, kalau punya mimpi?”
(Reporter H.Ranto)

KALI DIBACA

No comments:

Post a Comment